MAYA AT GLANCE

Aku adalah seorang pendidik di sebuah sekolah menengah pertama di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Kubaktikan sebagian hidupku untuk menghantarkan anak bangsa menjadi manusia yang seutuhnya. Menjadi guru adalah sebuah kehormatan dan sebuah profesi yang MEMBANGGAKAN.

Aku dilahirkan pada hari Kamis Kliwon, 15 Februari 1973 di rumah nenek di Jalan Kinibalu Banjarmasin, dengan dibantu seorang bidan yang juga saudara sepupuku, Kak Marliah. Itulah sebabnya mengapa aku diberi nama Maya Marlina Febriyanthi yang artinya kurang lebih "Maya yang lahir pada bulan Februari dengan bidan Marliah". Namun, Banjarmasin adalah kota tempat aku "numpang" lahir, karena tiga minggu berikutnya aku diboyong ke kota Sampit, kampung halaman papiku.

Dari bayi hingga usia balita, kehidupanku di Sampit belum difasilitasi dengan adanya listrik, namun ditemani dengan lampu tempel dan petromax yang dikenal dengan merk "Stong King"-nya, sehingga lampu itu disebut juga strongkeng. Ketika memasuki usia Taman Kanak-kanak, ada pengalaman menonton film "bisu" dengan menggunakan accu sebagai sumber energi. Yang jelas, radio merupakan sumber informasi favorit saat itu.


Aku mulai merasakan terangnya listrik ketika memasuki usia sekolah dasar sekitar tahun 1979/1980 dan hanya pada malam hari, tapi aku begitu gembira bisa menonton black/white TV. Pengalaman yang paling mengesankan adalah ketika aku dan keluargaku pergi memancing di danau di daerah Pasir putih, Sampit-Pangkalan Bun yaitu daerah bekas galian pasir yang kemudian jadi danau yang banyak ikannya. Kami melalui jalan rel yang biasa digunakan oleh Lori Inhutani untuk mengangkut kayu-kayu dari hutan.

Menjalani hari-hari sebagai murid SD Negeri Teladan Sampit adalah hal yang menyenangkan. Sekolahku terletak di Jalan S. Parman, tidak begitu jauh dari rumah, sehingga bisa dicapai dengan berjalan kaki atau naik sepeda. Namun, sekolah itu sudah berganti nama (semoga tidak salah) menjadi SD Negeri Mentawa Baru Hulu. Aduh lupa tuh. It's ok. Yang penting aku sering jadi anggota group cerdas cermat yang mewakili sekolah untuk berlaga di tingkat kabupaten. Lumayan lah hadiahnya, bisa berupa buku-buku dan juga handuk. Senang banget ketika itu.


Di waktu jam istirahat, kami sering main tali, main bahagaan (gobak sodor), dan juga main kasti. Rame deh.... Aku ingat, ketika Kelas V diajak oleh temanku untuk bermain Monopoli di rumahnya setelah pulang sekolah. Seru Banget.


Lulus SD, kulanjutkan studiku ke SMP Negeri 2 Sampit. Sekolah ini lebih dekat lagi jaraknya. Hanya dengan menghabiskan waktu 5 menit, aku sudah tiba di sekolah. Di sekolah ini kegiatanku tambah banyak. Aku ikut kegiatan Pramuka dan Drum Band. Alangkah bahagianya aku ketika terpilih sebagai Peserta Jambore Nasional utusan kabupaten Kotawaringin Timur ke Cibubur Jakarta. Jalan-jalan ke Monas dan Ancol. Terus pulangnya, mampir ke Yogyakarta mengunjungi Pantai Parang Tritis, Candi Borobudur dan Prambanan, serta jalan-jalan di sepanjang Malioboro yang letaknya berdekatan dengan Asrama Kalteng tempat kami menginap.


Selain itu, dalam kegiatan drum Band, aku pernah menjadi Mayorette (pemimpin Drum Band perempuan). Asyik dong kalo difoto, tampak jelas di depan he ... he .... Sering deh jadinya tampil dalam acara Pawai 17-an, acara pembukaan Pameran Pembangunan, ataupun acara pembukaan Porseni.


Selanjutnya, jenjang SMA kulanjutkan ke SMA Negeri 1 Sampit, dan duduk di Kelas I Ruang 4. Teman-temanku dari SMP Negeri 2 Sampit ada juga melanjutkan ke SMA yang sama denganku, meskipun sebagian lainnya ada yang ke SMA Negeri 2 Sampit dan SMK Negeri Sampit. Hanya satu tahun aku study di SMA Negeri 1 Sampit, karena aku pindah sekolah ke SMA Negeri 1 Banjarmasin mengikuti kakakku yang tinggal di Banjarmasin.


Aku sempat belajar di kelas Fisika (A1) selama satu bulan karena arahan guru dan orangtuaku. Namun, setelah kujalani hari-hariku, aku gak bisa menguasai pelajaran Kimia dan Menggambar Mistar. Barangkali memang bukan bakatku, akhirnya aku berkonsultasi dengan guru BP, dan aku transfer ke kelas Sosial (A3). Teman-teman bertanya mengapa aku memilih A3, kok gak A2 (Biologi) aja? Kujawab, di Biologi (A2) masih ada pelajaran Kimia.


Aku paling suka pelajaran Matematika yang dibimbing oleh Bapak Saleh Wardoyo. (Namun, Bapak Saleh sekarang gak ada di Banjarmasin, sudah pulang ke kampung halaman di Jawa.) Sementara, kalo pelajaran Bahasa Inggris, aku susah berbicara, karena Bahasa Inggrisku pasif. Yang pasti, rame rasanya belajar di SMA Negeri 1 Banjarmasin. Kalo pas ada pelajaran kosong, aku langsung ke perpustakaan membaca buku atau majalah sambil diiringi lagu-lagunya Chrisye. Dan yang jadi Kepala Perpustakaan adalah Guru Bahasa Indonesia, Bapak Ngadimin Saleh.


Rasanya semakin dekat acara Perpisahan SMA, malah rasanya semakin akrab dengan teman-teman karena kami sering latihan Kabaret bersama untuk tampil dalam acara Perpisahan itu. Perpisahan diadakan di Jade Garden Restaurant, Barito Palace Hotel, Jalan Haryono M.T.