Jumat, 24 Juli 2015

MENENGOK PENDIDIKAN DI NEW ZEALAND Catatan Singkat Kegiatan Pertukaran PTK Berprestasi SMP DI New Zealand, 7 - 17 Juni 2015 Oleh : Maya Marlina Febriyanthi, M.Pd

Bagi kita  yang terbiasa dengan suhu di  kisaran  230  C  sampai dengan  360  C,   Suhu 9 0 C  terasa  “sesuatu”   sekali.   Wajar sekali  kalau  orang tidak mau berlama -  lama  di luar dan  bergegas untuk masuk ke gedung ataupun rumah  masing – masing.  New Zealand  sedang memasuki  musim dingin saat kami melaksanakan kegiatan Pertukaran PTK dan kerja sama Internasional PTK SMP di New Zealand.  Kegiatan ini merupakan bentuk penghargaan pemerintah kepada PTK SMP berprestasi  tingkat nasional  tahun  2014 yang  lalu.  Ada  10 orang   dalam   rombongan tersebut  yakni  3  orang  guru  ( Kalsel, Lampung dan Sulbar), 4  orang Kepala Sekolah ( Kepri, DIY, NTT, dan NTB), 2 orang pengawas  ( Kepri dan Banten), dan 1 staf dari Direktorat Pembinaan PTK Dikdas, Kemdikbud.



Agenda kegiatan  yang  dilaksanakan adalah Short Course  di  Massey University, Palmerston North, New Zealand, di mana  melalui  kursus  singkat ini  peserta  dibekali informasi tentang sistem pendidikan  di New  Zealand dan pengetahuan tentang kepemimpinan, manajemen   organisasi sekolah, serta informasi tentang pengawasan sekolah.  Selain itu dilaksanakan pula kunjungan ke beberapa sekolah untuk melihat dan menggali langsung implementasi sistem pendidikan di sana. Tak  ketinggalan kunjungan ke KBRI New Zealand  dan tempat-tempat tertentu untuk mengenal sosial budaya masyarakat di sana.



SISTEM  PENDIDIKAN  DI  NEW  ZEALAND

Apa yang berbeda dari sekolah di New Zealand dengan Indonesia? Sejak usia berapa anak-anak mulai masuk SD? Apakah semua anak naik kelas? Berapa jumlah murid di kelas? Apa yang diajarkan? Itu adalah sebagian dari contoh pertanyaan - pertanyaan yang ada dibenak kita tentang pendidikan di New Zealand.
Secara empirik New Zealand adalah salah satu negara yang memiliki tingkat pendidikan yang baik di dunia dan memiliki sistem pendidikan dan karakter disiplin yang hampir merata di setiap daerah di New Zealand. Sebagaimana telah diketahui bahwa sistem pendidikan di New Zealand telah diakui sangat baik oleh berbagai survei internasional, termasuk program untuk penilaian siswa internasional, Programme For International Student Assessment (PISA).
Di negara ini jenjang pendidikan SD sampai dengan SMA dibagi menjadi 2 jenjang, yaitu jenjang yang disebut dengan primary school – pendidikan dasar (year 1 s/d year 8) dan  secondary school – pendidikan  menengah (year 9 s/d year 13)Primary school dimulai dari kelas 1  sampai  dengan kelas 6 dan kemudian diteruskan ke intermediate school untuk kelas 7 dan 8. Anak – anak wajib masuk primary school  ketika berusia 6 tahun bahkan usia 5 tahun pun sudah diperbolehkan. Tidak seperti di Indonesia dimana SD kelas 1 dimulai pada awal tahun ajaran untuk semua anak, maka di sini setiap anak bisa masuk ke primary school begitu mereka berulang tahun umur 5 tahun, kapanpun jatuhnya hari ulang tahun tersebut. Kalau ulang tahunnya jatuh di setengah tahun pertama, anak tersebut masuk kelas 1. Tetapi bila anak tersebut berulang tahun di setengah tahun kedua maka begitu masuk primary school dia dimasukkan ke kelas 0.
Waktu pelaksanaan Sekolah dibagi menjadi 4 terms (triwulan) di mana awal tahun  pelajaran dimulai dari sekitar akhir Januari atau awal Februari dan berakhir pada pertengahan Desember setiap tahunnya. Setiap akhir term ada masa libur. Sekolah berlangsung setiap hari Senin  sampai  dengan Jum’at dari pukul 9 pagi sampai 3 siang.
Ada delapan bidang ilmu yang diajarkan di primary school yaitu: English, Arts, Health and Physical Education, Learning Languages, Mathematics and Statistics, Science, Social Sciences, dan Technology. Semua pelajaran ini diberikan dalam situasi yang menyenangkan namun merangsang anak untuk berpikir kritis. Dengan suasana kelas yang menyenangkan dan cara mengajar yang child-centred serta rasio murid dalam satu kelas per satu guru sekitar 1:20 an, memungkinkan anak untuk mengembangkan potensinya.
Kelas begitu  hidup  dan  hangat.  Suasana  enjoyable learning benar -  benar tercipta,  jauh dari tekanan.  Susunan pola meja dan kursinya pun diatur sesuai dengan keinginan. Tampak sekali bahwa siswa sangat menyenangi semua pelajaran yang mereka terima, mereka sangat bersemangat. Siswa juga sangat percaya diri dalam mengemukakan tentang apa yang telah mereka baca, tulis, dan pikirkan. Siswa sudah  dikenalkan  dengan teknologi sedini mungkin.  Mereka  juga diajarkan untuk bertanggung jawab  dan  setiap ada  keberhasilan  selalu  dirayakan sebagai  bentuk  penghargaan.
Tidak  ada  istilah tidak naik kelas. Berdasarkan kemampuannya setiap anak dimasukkan dalam kelompok-kelompok kecil di dalam kelas sehingga setiap anak merasa percaya diri dengan kemampuannya. Hasil evaluasi belajar (rapot) tidak diberikan dalam angka, tetapi dalam bentuk uraian. Setiap sekolah mempunyai program pemberian penghargaan untuk murid-murid yang berprestasi. Ada standard yang berlaku secara nasional dan cara-cara evaluasi tertentu yang dipakai untuk menilai prestasi murid,  tetapi  mereka  tidak melaksanakan ‘ujian nasional.
Apakah ada sekolah favorit? Sebenarnya tidak ada sekolah favorit, walaupun sebagian migran menganggap sekolah-sekolah tertentu itu lebih bagus daripada yang lainnya. Penilaian sekolah didasarkan pada tingkat sosial ekonomi murid-murid yang belajar di sekolah tersebut yang  dikenal  dengan istilah decile sekolah. Setiap sekolah memiliki decile yang diberikan oleh pemerintah dan dinilai setiap lima tahun atau bisa lebih cepat bila diminta oleh sekolah yang bersangkutan. Decile rating berkisar dari 1 sampai 10 dan rating ini menunjukkan tingkat sosial ekonomi murid-murid yang belajar di sekolah tersebut dan bukan mutu sekolah.
Decile rating 1 menunjukkan bahwa rata-rata murid yang sekolah di sekolah tersebut datang dari tingkat sosial ekonomi rendah. Sedangkan decile rating 10 berarti rata-rata murid yang sekolah di sekolah tersebut datang dari tingkat sosial ekonomi tinggi. Penilaian ini berdasarkan kondisi sosial ekonomi lingkungan tempat  tinggal siswa di sekolah tersebut dan data sensus. Apakah dengan demikian ada perbedaan dalam fasilitas sekolah atau kualitas guru? Tidak sama sekali. Baik sekolah-sekolah yang memiliki decile rating rendah maupun yang tinggi memiliki fasilitas, kualitas guru dan mutu pengajaran yang sama karena semuanya dimonitor oleh pemerintah. Sarana prasarana sekolah umumnya sangat lengkap dan baik sehingga mampu mengakomodir berbagai kegiatan pembelajaran termasuk kegiatan ekstrakurikuler.
     Pengembangan keprofesian, karier dan kinerja guru dan  bawah pembinaan dan  pengawasan sebuah lembagayang bernama Educational Review Office (ERO) yang melakukan tugasnya untuk melihat perkembangan peningkatan profesional guru.  
     Ada  lagi  lembaga  yang bernama  Board of Trustees  (BoT),  sebuah  lembaga yang  terdiri dari 5 orangtua,  5 guru dan kepala  sekolah. Lembaga ini  memiliki  kewenangan yang luas termasuk melaksanakan rekrutmen  guru. Dalam hal manajemen sekolah, ada  aturan – aturan  tertentu yang  diterapkan, dimulai dari model  rekrutmen kepala  sekolah yang harus memenuhi professional standard tersendiri,  hingga hal  -  hal lainnya seperti;
o   Struktur organisasi sekolah  tergantung pada besar kecilnya sekolah
o   Alur penyusunan program sekolah dimulai dari review kurikulum yang kemudian difokuskan kepada kelemahan yang ditemukan.
o   Pembuatan target tahunan yang harus dikomunikasikan dengan BoT (Board of Trustees).
o   Membuat perencanaan 5 tahunan atau 10 tahunan untuk pengembangan infrastuktur.
o   Besaran gaji  pendidik berdasarkan pengalaman dan kualifikasi guru.
o   Adanya  insentif  bagi guru yang memiliki tugas tambahan.
o   Dalam hal pemecatan guru,  ada  regulasi  tertentu yang  harus diikuti sehingga pemecatan guru bukanlah hal yang mudah.
o   Umur pensiun seorang guru di New Zealand adalah 65 tahun.
     Satu hal  lagi  yang menarik adalah penghormatan  mereka terhadap  budaya  lokal atau  leluhur.  Mereka  masih melestarikan budaya dan bahasa Māori – sebagai penduduk dan bahasa asli  di  New Zealand.  Penulisan  nama  - nama  jalan,  tempat  - tempat  umum  menggunakan bahasa Māori.  Di sekolah pun bahasa dan budaya Māori diperkenalkan.

2 komentar: