KARYA ILMIAH

CONTOH ARTIKEL DALAM JURNAL PELANGI PENDIDIKAN
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANJAR


PERMAINAN ULAR TANGGA NOTICE/CAUTION/WARNING UNTUK MENINGKATKAN  KEMAMPUAN MEMBACA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS


Maya Marlina Febriyanthi, M.Pd
SMP Negeri 1 Martapura
mayafathurrahman@gmail.com

Abstrak
Hasil ulangan harian semester ganjil Kelas VII C tentang Notice/Caution/Warning menunjukkan sebagian peserta didik mendapatkan nilai kurang dari KKM, yaitu 75. Kondisi ini menjadi dasar bagi peneliti untuk berupaya meningkatkan  proses dan hasil belajar bahasa Inggris. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas guru, aktivitas peserta didik, dan hasil belajar peserta didik dalam pelajaran Bahasa Inggris menggunakan teknik permainan Ular Tangga Notice/Caution/Warning. Subyek penelitian adalah 30 peserta didik kelas VII C pada SMP Negeri 1 Martapura semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Metode yang digunakan adalah kaji tindak latar kelas yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (1993) yaitu Plan, Act, Observe, dan Reflect. Dari hasil pengamatan peneliti dan kolaborator melalui paparan data, terjadi peningkatan aktivitas guru ketika menerapkan teknik permainan Ular Tangga Notice/Caution/Warning  yaitu dari 91,75 % menjadi 98,33 % atau rerata sebesar 95,04 %dari keseluruhan aspek yang diamati. Aktivitas peserta didik di dalam kelompok semakin aktif dan dapat mengatasi masalah ketidakpahaman terhadap materi pembelajaran dengan perolehan 95,50 % menjadi 99,11% dengan rerata 97,30 %. Tingkat ketercapaian hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan dengan perolehan dari 43,33% pada siklus 1 menjadi 80% pada siklus 2, dengan rerata persen adalah 61,67%.
Kata kunci: permainan, ular tangga, notice/caution/warning


 Pendahuluan
Berdasarkan Struktur Kurikulum 2013 untuk SMP, mata pelajaran Bahasa Inggris adalah mata pelajaran yang termasuk dalam Kelompok A yang wajib diajarkan dengan beban mengajar 4 jam per minggu. Pembelajaran Bahasa Inggris di SMP meliputi pembelajaran teks monolog atau genres (descriptive, report, procedure, narrative, dan recount) dan teks fungsional pendek baik secara lisan maupun tertulis.
Banyak sekali ragam teks fungsional pendek yaitu pengumuman, undangan, iklan, bahkan rambu-rambu atau simbol yang mengandung aturan-aturan. Saat ini banyak  kita temui aturan-aturan yang ada di sekitar kita seperti Notice, Caution, dan Warning dalam bahasa Inggris.
Notice adalah tulisan atau tanda yang berisi informasi, instruksi atau peringatan kepada publik. Caution adalah peringatan atau semacam nasihat tentang bahaya atau risiko yang mungkin terjadi. Caution dapat ditemukan pada manual, peralatan elektronik, atau di jalan. Warning adalah    pemberitahuan, ancaman atau tanda terhadap bahaya atau kejahatan. Warning dapat ditemukan pada rambu-rambu lalu lintas, peringatan di rumah sakit dan layanan umum lainnya. Juga pada microwave, lemari es, komputer, dan lain-lainnya.
Pembelajaran bahasa Inggris di SMP/MTs ditargetkan agar peserta didik dapat mencapai tingkat functional yakni berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran yang di-UN-kan, sehingga diharapkan hasil belajar bahasa Inggris peserta didik dapat menunjang persiapan menghadapi Ujian Nasional.   
Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Keterampilan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah keterampilan berwacana, yakni keterampilan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
  Membaca adalah salah satu kompetensi komunikatif yang harus dikuasai oleh peserta didik SMP/MTs. Sebagai satu dari keterampilan berbahasa yang seharusnya dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran, Membaca dianggap sebagai keterampilan berbahasa yang sulit bagi peserta didik.
Belajar dapat diartikan sebagai upaya perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antar individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Sesuatu yang dimaksud adalah objek atau materi atau informasi yang dipelajari.
Belajar merupakan proses mental dan emosional atau aktivitas pikiran dan perasaan. Belajar berarti mengalami, baik mengalami secara langsung maupun tidak langsung (melalui media). Dengan kata lain, belajar terjadi di dalam interaksi dengan lingkungan (lingkungan fisik dan lingkungan sosial). Agar belajar terjadi secara efektif, yang perlu diperhatikan adalah motivasi (Alim, 2009).
Motivasi adalah dorongan untuk melakukan kegiatan belajar, baik motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik dinilai lebih baik, karena berkaitan langsung dengan tujuan pembelajaran itu sendiri. Belajar itu sendiri adalah aktivitas. Bila pikiran dan perasaan siswa tidak terlibat aktif dalam situasi pembelajaran, pada hakikatnya siswa tersebut tidak belajar.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Media adalah perantara atau pengantar pesan atau pengantar dari pengirim ke penerima pesan. Media merupakan bentuk jamak dari medium yang berasal dari bahasa Latin (Depdiknas, 2005, p.12). Menurut Sadiman dalam Depdiknas (2005, p.13), media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik. Media pembelajaran dapat diartikan sebagai alat, sarana komunikasi antara dua pihak (orang, kelompok, dan lain-lain) yang digunakan dalam proses pengajaran.
Media pembelajaran dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu media yang nyata dan media buatan. Media nyata adalah semua jenis benda atau objek nyata (tidak secara khusus dirancang untuk melayani sebagai media) digunakan sebagai sarana belajar atau sumber belajar dalam upaya untuk merampingkan proses belajar. Sebaliknya, media buatan atau benda yang secara khusus dirancang dan dibangun berfungsi sebagai alat belajar atau sebagai sumber belajar dalam upaya untuk mengefektifkan proses belajar.
Berdasarkan bentuknya, media dapat dibedakan atas media audiotif, media visual, dan media audio-visual. Media Audiotif adalah sumber belajar atau alat bantu seperti suara, hanya melalui indera pendengaran. Media visual adalah sumber belajar atau alat bantu dalam bentuk benda atau objek yang dapat dilihat melalui indera penglihatan. Media audio-visual adalah semua jenis alat atau sumber belajar lain seperti suara dan benda yang dapat dilihat, yaitu melalui indera pendengaran dan penglihatan.
            Menurut Sukartiwi dalam Depdiknas (2005, p.13), ada beberapa keuntungan yang dapat dicapai dengan menggunakan media, yaitu: (1) meningkatkan motivasi peserta didik. (2) mencegah kebosanan peserta didik mengikuti proses belajar. (3) membuat proses pembelajaran berjalan lebih sistematis. (4) mudah bagi peserta didik untuk memahami instruksi guru dalam proses pembelajaran. (5) memperkuat pemahaman peserta didik dalam konteks pembelajaran yang diharapkan. Dengan demikian penggunaan media pembelajaran sangat diperlukan karena bermanfaat digunakan dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah.
            Notice/Caution/Warning adalah salah satu jenis teks fungsional pendek yang diajarkan di sekolah. Terlebih lagi, teks fungsional jenis ini juga termasuk dalam materi Ujian Nasional. Pemahaman terhadap Notice/Caution/Warning dapat diantisipasi dengan memberikan pengalaman bagi para peserta didik dalam sebuah permainan.
Ular Tangga adalah permainan tradisional dimainkan oleh anak-anak. Wikipedia menjelaskan bahwa Snake Ladder (Ular Tangga) adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar sejumlah tangga" atau "ular" yang menghubungkannya dengan kotak lain. Permainan ini diciptakan pada tahun 1870. Tidak ada papan permainan standar dalam ular tangga. Setiap orang dapat menciptakan papan mereka sendiri dengan jumlah kotak, ular dan tangga yang berlainan. Setiap pemain mulai dengan bidaknya di kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) dan secara bergiliran melemparkan dadu. Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul. Bila pemain mendarat di ujung bawah sebuah tangga, mereka dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain. Bila mendarat di kotak dengan ular, mereka harus turun ke kotak di ujung bawah ular. Pemenang adalah pemain pertama yang mencapai kotak terakhir. Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu, mereka mendapat giliran sekali lagi. Bila tidak, maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya. (Wikipedia, 2014)
Sejarah Ular Tangga  diciptakan pada abad ke-2 sebelum masehi dengan nama “Paramapada Sopanam (Ladder to Salvation). Dikembangkan oleh Pemuka agama Hindu untuk mengajarkan anak-anak mengenai “penghargaan”. Ular merepresentasikan “keputusan yang buruk dan jahat”, sedangkan tangga melambangkan “keputusan yang bermoral dan baik”. Permainan ini masuk ke Inggris pada tahun 1892, dan pada tahun 1943 namanya diubah menjadi “Chutes and Ladders” oleh Milton Bradley di Amerika untuk  dikomersialkan. (http://id.wikipedia.org/ wiki/Ular_tangga)  
Ular Tangga menjadi bagian dari permainan tradisional di Indonesia meskipun tidak ada data yang lengkap mengenai kapan munculnya permainan tersebut.  Pada zaman dahulu, karena banyaknya anak Indonesia yang bermain ular tangga membuat permainan ini menjadi sangat populer di masyarakat. Ular tangga pada umumnya terdiri atas satu petak permainan yang berisi kotak-kotak  yang harus dilewati oleh para pemain dengan menggerakan bidak setelah sebelumnya memutar dadu terlebih dahulu.   Permainan ini masuk kedalam kategori “board games” seiring dengan munculnya  monopoli, halma, ludo dan sebagainya.
Ular Tangga Notice/Caution/Warning berasal dari Ular Tangga yang di dalamnya berisi Pemberitahuan / Perhatian / Peringatan, kemudian ditambah dengan gambar ular yang menunjukkan aturan pemain harus turun, dan gambar tangga yang mengharuskan pemain untuk naik. Permainan ini memiliki manfaat agar peserta didik belajar untuk bekerja sama dan menunggu giliran, serta belajar untuk memecahkan masalah.
Aturan permainan dalam Ular Tangga Notice/Caution/ Warning yaitu:
1.      Peserta didik diminta untuk membuat kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Tiap kelompok mengelilingi 1 lembar permainan Ular Tangga.
2.      Tentukan urutan pemain pertama, kedua, atau pemain ketiga dengan melakukan "Hompimpa".
3.      Setelah ditentukan, pemain pertama melempar dadu untuk menentukan banyaknya langkah berdasarkan angka dadu yang muncul.           
4.      Pemain yang lain menanyakan kepada pemain pertama arti dari tulisan Notice/ Caution/Warning tempat di mana posisi pemain pertama berada dan juga ditanyakan di mana biasanya Notice/Caution/Warning dijumpai.
5.      Jika pemain pertama tidak bisa menjawab, maka dia harus menulis kesulitannya di buku catatan dan dianggap sebagai kosakata baru baginya yang akan didiskusikan dan ditanyakan setelah usai permainan.
6.      Setelah pemain pertama telah menjalankan gilirannya, maka dilanjutkan dengan pemain kedua untuk melakukan hal yang sama dan dilanjutkan oleh pemain berikutnya.
7.      Langkah pemain bisa menjadi cepat karena berada di posisi anak tangga, namun bisa juga menjadi lambat karena berada di posisi gambar ekor ular yang mengharuskan dia turun.
8.      Permainan selesai jika salah seorang pemain telah berada di angka terkhir (finish).
9.      Inti dari permainan ini bukan mencari siapa yang kalah dan menang, melainkan memahami dan menambah kosakata yang berkaitan dengan  Notice/Caution/Warning yang terdapat pada gambar Notice/Caution/ Warning Snake Ladder yang tersedia.
10.  Seusai permainan, para peserta didik dalam satu kelompok mendiskusikan kosakata yang berkaitan dengan Notice/Caution/ Warning yang telah mereka dapatkan.
Dalam silabus Kurikulum  2013 mata pelajaran Bahasa Inggris jenjang SMP, Teks Fungsional Pendek Notice/Caution/Warning diajarkan di Kelas VII semester 1 dan 2 dan Kelas IX semester 1. Selain itu, Notice/Caution/Warning juga termasuk salah satu dari Teks Fungsional Pendek yang diujikan dalam Ujian Nasional. Dalam kenyataannya, peserta didik sering mengalami kesulitan dalam memahami teks fungsional pendek tersebut.  Dari hasil assessment harian semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 yang berkaitan dengan teks tersebut, ditemukan bahwa sebagian besar peserta didik Kelas VII C (16 dari 30 orang) memperoleh nilai di bawah KKM (75).
Kemungkinan penyebab dari ketidak-berhasilan tersebut, diantaranya waktu pembelajaran yang terbatas dan banyaknya notice/ caution/warning yang harus dipahami, dan kesulitan kosakata yang ditemui peserta didik.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan membaca mata pelajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan permainan Ular Tangga Notice/Caution/Warning pada peserta didik Kelas VII C SMP Negeri 1 Martapura Tahun Pelajaran 2013/2014.
Secara umum masalah dalam penelitian ini adalah Apakah dengan menggunakan permainan ular tangga notice/caution/warning kemampuan membaca mata pelajaran Bahasa Inggris bagi peserta didik Kelas VII C SMP Negeri 1 Martapura dapat meningkat?”
Secara khusus,  masalah dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut: (1) Bagaimana aktivitas guru dengan menggunakan permainan ular tangga notice/caution/warning dalam proses belajar Bahasa Inggris bagi peserta didik Kelas VII C SMP Negeri 1 Martapura? (2) Bagaimana permainan ular tangga notice/caution/warning dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses belajar bahasa Inggris bagi peserta didik Kelas VII C SMP Negeri 1 Martapura? (3) Apakah dengan menggunakan permainan ular tangga notice/caution/warning hasil belajar peserta didik dalam proses belajar bahasa Inggris bagi peserta didik Kelas VII C SMP Negeri 1 Martapura dapat meningkat?
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: (1) aktivitas guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan permainan ular tangga notice/caution/warning. (2) aktivitas peserta didik selama kegiatan belajar mengajar berlangsung pada mata pelajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan permainan ular tangga notice/caution/warning. (3) hasil belajar yang diperoleh selama kegiatan belajar mengajar berlangsung pada mata pelajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan permainan ular tangga notice/caution/warning.
Manfaat penelitian ini adalah untuk: (1) Mendapatkan teori baru tentang kemampuan membaca Notice/Caution/Warning bahasa Inggris yang dapat ditingkatkan melalui permainan Ular Tangga Notice/Caution/ Warning dalam pembelajaran. (2) Menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya, melalui media pembelajaran yang lain. (3) Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, aktivitas belajar meningkat, dan kemampuan membaca Notice/Caution/Warning juga meningkat. (4) Menggunakan hasil penelitian ini bagi guru bahasa Inggris lain. (5) Membuat kebijakan bagi sekolah dan mendorong guru-guru lain untuk difasilitasi melakukan penelitian tindakan guna mencapai prestasi sekolah yang optimal.

Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau classroom action research yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart dalam Suyanto (2001) menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengembangkan cara baru dan untuk memecahkan masalah yang bersumber dari praktik pembelajaran di kelas, melalui siklus (Plan, Act, Observe, dan Reflect).
Plan menjelaskan tentang tahap apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap menyusun rancangan ini menentukan titik focus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, dan yang terjadi selama kegiatan pembelajaran atau tindakan berlangsung.
Act adalah tahap pelaksanaan atau implementasi dari rancangan yang telah dibuat dalam bentuk tindakan kelas. Tindakan ini harus sesuai dengan rancangan.
Observe adalah tahap pengamatan yang merupakan kegiatan atau tindakan yang dilakukan secara bersamaan dengan tindakan pelaksanaan tadi. Artinya selain melakukan pelaksanaan tindakan kelas juga disertai dengan pengamatan.
Reflect merupakan tahap mengulas kembali apa yang sudah dilakukan serta upaya apa yang harus diperbaiki atau dilakukan selanjutnya.

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2014 semester 2 tahun pelajaran 2013/ 2014 di SMP Negeri 1 Martapura.

Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah peserta didik Kelas VII C SMP Negeri 1 Martapura yang terdiri dari 9 orang peserta didik laki-laki, dan 21 orang peserta didik perempuan.

Prosedur
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam 2 siklus dan dilakukan mulai minggu ketiga bulan Februari sampai minggu pertama bulan Mei 2014. Peneliti bertindak sebagai pelaku tindakan dibantu oleh satu orang kolaborator. Pada setiap langkah dalam siklus terdiri dari tahapan persiapan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Data diolah dan dibahas secara kuantitatif dan kualitatif untuk mendeskripsikan dan memakai media pembelajaran dengan teknik permainan Ular Tangga Notice/Caution/Warning.

Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
          Sumber data dalam penelitian ini adalah guru, peserta didik, dan hasil belajar. Jenis data yang digunakan adalah kualitatif yaitu data tentang aktivitas guru dan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran baik terhadap aktivitas kelompok maupun individu dan kuantitatif yaitu data tentang hasil belajar peserta didik setelah melakukan tatap muka atau setiap kali melakukan pertemuan.
           Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas peserta didik, serta butir soal tes.
Teknik pengumpulan data adalah observasi (aktivitas peserta didik dan guru) yaitu melakukan pengamatan terhadap guru dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dan tes dengan melakukan tes tertulis terhadap peserta didik sehingga diperoleh data tentang hasil belajar peserta didik.

Teknik Analisis Data
          Analisis data merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mengolah dan menyusun data. Data yang sudah terkumpul dapat menghasilkan kesimpulan dan dapat dipertanggungjawabkan. Data yang telah diperoleh merupakan gambaran dari hasil observasi dan hasil tes peserta didik.
          Ada dua data yang diperoleh yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Untuk data kuantitatif berupa post-test dianalisis dengan teknik persentase atau dituliskan dalam bentuk angka-angka, sedangkan data kualitatif  berupa hasil observasi aktivitas guru maupun peserta didik dianalisis secara deskriptif. Data yang dianalisis merupakan keaktifan dan pemahaman peserta didik dan peran guru dalam penerapan permainan Ular Tangga Notice/Caution/Warning.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Perencanaan Siklus 1
Pada tahap ini, beberapa persiapan telah dilakukan seperti waktu pelaksanaan tindakan dan rancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar observasi guru dan peserta didik, kriteria keberhasilan, dan butir soal tes. Siklus ini direncanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama adalah pembelajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan teknik permainan Ular Tangga Notice/ Caution/Warning dalam keterampilan membaca Short Functional Text: Notice.  Selanjutnya, untuk pertemuan kedua adalah peserta didik menjawab latihan-latihan yang berkaitan dengan Notice/Caution/Warning.

Pelaksanaan Tindakan Siklus 1
Pelaksanaan tindakan dari perencanaan selama dua kali pertemuan pada Siklus 1 sebagai berikut.

Pertemuan Pertama
                Bagian pembukaan mencakup: Pra-KBM, menyiapkan alat peraga/media,  mengecek kesiapan siswa belajar baik secara fisik maupun psikologis dengan berdoa, menanyakan pengalaman siswa dalam berbahasa Inggris, menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai, menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan siswa untuk menyelesaikan latihan-latihan dan tugas dalam pembelajaran, dan membagi peserta didik menjadi kelompok yang terdiri dari 4-5 anggota tim.
Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti mencakup:
1)      Menggali pengetahuan awal peserta didik melalui pertanyaan-pertanyaan seputar materi yang disampaikan.
2)      Peserta didik diminta untuk membuat kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Tiap kelompok mengelilingi 1 lembar permainan Ular Tangga.
3)      Menentukan urutan pemain pertama, kedua, atau pemain ketiga dengan melakukan "Hompimpa".
4)      Setelah ditentukan, pemain pertama melempar dadu unuk menentukan banyaknya langkah berdasarkan angka dadu yang muncul.          
5)      Pemain yang lain menanyakan kepada pemain pertama arti dari tulisan Notice/ Caution/Warning tempat di mana posisi pemain pertama berada dan juga ditanyakan di mana biasanya Notice/Caution/Warning dijumpai.
6)      Jika pemain pertama tidak bisa menjawab, maka dia harus menulis kesulitannya di buku catatan dan dianggap sebagai kosakata baru baginya yang akan didiskusikan dan ditanyakan setelah usai permainan.
7)      Setelah pemain pertama telah menjalankan gilirannya, maka dilanjutkan dengan pemain kedua untuk melakukan hal yang sama dan dilanjutkan oleh pemain berikutnya.
8)      Langkah pemain bisa menjadi cepat karena berada di posisi anak tangga, namun bisa juga menjadi lambat karena berada di posisi gambar ekor ular yang mengharuskan dia turun.
9)      Permainan selesai jika salah seorang pemain telah berada di angka terkhir (finish). Inti dari permainan ini bukan mencari siapa yang kalah dan menang, melainkan memahami dan menambah kosakata yang berkaitan dengan  Notice/Caution/Warning yang terdapat pada gambar Ular Tangga Notice/ Caution/ Warning yang tersedia.
10)  Seusai permainan, para peserta didik dalam satu kelompok mendiskusikan kosakata yang berkaitan dengan Notice/Caution/Warning yang telah mereka dapatkan.
11)  Guru memberi evaluasi.
Bagian Penutup mencakup: bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/ simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, menyampaikan rencana pembelajaran pada per­temuan berikutnya.

Pertemuan Kedua
                 Bagian pembukaan mencakup: Pra-KBM, menyiapkan alat peraga/media,  mengecek kesiapan siswa belajar baik secara fisik maupun psikologis dengan berdoa, menanyakan pengalaman siswa dalam berbahasa Inggris, menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai, menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan siswa untuk menyelesaikan latihan-latihan dan tugas dalam pembelajaran, dan membagi peserta didik menjadi kelompok yang terdiri dari 4-5 anggota tim.
Kemudian dilanjutkan dengan meminta peserta didik menjawab latihan-latihan yang berkaitan dengan Notice/ Caution/ Warning.

  Pengamatan
Pengamatan dilakukan secara bersama-sama di dalam pelaksanaan tindakan. Oleh karena itu, kolaborator dan peneliti melakukan pengamatan selama proses belajar mengajar berlangsung.
Selama proses belajar mengajar berlangsung, kolaborator mengamati kegiatan guru dan peserta didik dengan menggunakan lembar observasi guru dan lembar observasi aktivitas peserta didik. Pengamatan ini dilakukan untuk memantapkan atau meyakinkan apakah pelaksanaan teknik ini sesuai dengan perencanaan.

Analisis and Refleksi Siklus 1
Dari hasil observasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa:
1)      Sebelum memulai pelajaran, guru mengecek kesiapan siswa belajar baik secara fisik maupun psikologis dengan berdoa.
2)      Guru menjelaskan pentingnya materi yang akan dipelajari berikut kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.
3)      Guru menanyakan pengalaman siswa dalam berbahasa Inggris dan hal ini sudah sesuai dengan materi.
4)      Dalam pembentukan kelompok, terlihat pemakaian waktu yang cukup lama karena proses pemindahan meja dan kursi, dan tampak peserta didik cenderung berkelompok dengan sesama jenis.
5)      Di dalam menjelaskan aturan awal permainan yaitu guru meminta peserta didik menentukan urutan pemain pertama, kedua, atau pemain ketiga dengan melakukan "Hompimpa", guru terlihat menguasai dan peserta didik terlihat antusias.
6)      Guru meminta pemain pertama melempar dadu unuk menentukan banyaknya langkah berdasarkan angka dadu yang muncul, guru sudah menjelaskan kepada seluruh peserta didik.
7)      Guru telah meminta pemain yang lain menanyakan kepada pemain pertama arti dari tulisan Notice tempat di mana posisi pemain pertama berada dan juga ditanyakan di mana biasanya Notice dijumpai, namun guru kurang memantau peserta didik yang mengalami kesulitan di dalam kelompok, sehingga bimbingan dan arahan belum sepenuhnya didapatkan seluruh peserta didik.
8)      Guru meminta peserta didik untuk mendiskusikan kosakata yang berkaitan dengan Notice yang telah mereka dapatkan.
9)      Guru telah memberikan evaluasi tentang teks fungsional pendek, dan mengarahkan peserta didik mengambil kesimpulan tentang makna dan tempat dijumpainya Notice.

Dilihat dari data skor hasil evaluasi aktivitas peserta didik dapat disimpulkan bahwa :
1)      Para peserta didik mendengarkan apersepsi yang disampaikan guru dan terlibat aktif dalam kelompok dengan mengelilingi 1 lembar permainan Ular Tangga.
2)      Peserta didik mengelompok secara heterogen sesuai dengan permintaan guru, memindahkan tempat duduk dan meja kurang berjalan lancar dan memerlukan waktu lebih lama, tampaknya anak perempuan enggan berkelompok dengan anak laki-laki.
3)      Peserta didik menentukan urutan pemain pertama, kedua, atau pemain ketiga dengan melakukan "Hompimpa" secara aktif.
4)      Ketika peserta didik berada dalam kelompok, ada seorang peserta didik yang kurang aktif, kelihatan belum fokus pada pembelajaran.
5)      Pemain yang lain menanyakan kepada pemain pertama arti dari tulisan Notice walaupun masih terbata-bata dan dan juga ditanyakan di mana biasanya Notice dijumpai.
6)      Sebagian besar peserta didik sudah bertanya jawab dalam kelompok. Dan peserta didik telah menjalankan gilirannya.
7)      Sebagian besar peserta didik sudah memotivasi teman untuk memberikan pendapat atau ide, walaupun ada beberapa peserta didik yang kurang aktif mendengarkan ketika temannya memberikan pendapat.
8)      Ketika mendiskusikan kesulitan kelompok, sebagian besar peserta didik memperhatikan informasi/penjelasan/ pendapat yang disampaikan guru atau temannya, ada beberapa peserta didik yang kurang memperhatikan.
9)      Dalam mengerjakan soal-soal evaluasi, seluruh peserta didik mengerjakan dengan tertib.

Dilihat dari hasil tes tertulis dengan jumlah peserta didik 30 orang memperoleh nilai rata-rata kelas 75 dan ketuntasan klasikal 43,33%. Walaupun nilai rata-rata kelas sudah mencapai indikator kinerja (75), tapi guru / peneliti belum puas, karena 17 dari 30 peserta didik masih memperoleh nilai dibawah 75.
Penyebab yang dapat disimpulan sementara adalah:
1)      Belum mantapnya penguasaan mereka tentang pemahaman teks fungsional pendek (Notice).
2)      Belum banyak memahami makna yang berkaitan dengan teks.
3)      Kurangnya penguasaan pada tempat-tempat di mana Notice sering dijumpai.
4)      Banyaknya Notice yang masih membingungkan peserta didik karena peserta didik belum terbiasa membacanya.
Disamping meneliti hasil data peserta didik, peneliti beserta kolaborator juga menganalisis kembali soal evaluasi. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan peserta didik tentang kosakata yang berkaitan dengan teks fungsional pendek (Notice) belum memadai.

 Perencanaan untuk Siklus II
Dalam pembelajaran Bahasa Inggris pertemuan berikutnya, peneliti mengulang penyampaian materi tentang teks fungsional pendek (Notice/Caution/Warning)  dan kosakata yang terkait secara klasikal.

Perencanaan Siklus 2
Rancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) direvisi dengan melakukan perbaikan dalam langkah pembelajaran, penggunaan lembar permainan Ular Tangga yang lain dan pengembangan butir soal tes. Siklus ini direncanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama adalah pembelajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan teknik permainan Ular Tangga Notice/Caution/Warning dalam skill membaca Short Functional Text: Caution/ Warning.
Selanjutnya, untuk pertemuan kedua adalah meminta peserta didik menjawab Task-task yang berkaitan dengan Caution/ Warning.

Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan Siklus 2
Tindakan dilaksanakan dua kali pertemuan sekaligus pengamatan seperti pada langkah Siklus 1.

Analisis and Refleksi Siklus 2
Dari hasil observasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa:
1)      Sebelum memulai pelajaran, guru mengecek kesiapan siswa belajar baik secara fisik maupun psikologis dengan berdoa.
2)      Guru menjelaskan pentingnya materi yang akan dipelajari berikut kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.
3)      Guru menanyakan pengalaman siswa dalam berbahasa Inggris dan hal ini sudah sesuai dengan materi.
4)      Dalam pembentukan kelompok, pemakaian waktu tidaklah lama dan tampak peserta didik berkelompok secara membaur.
5)      Guru meminta peserta didik menentukan urutan pemain pertama, kedua, atau pemain ketiga dengan melakukan "Hompimpa", guru terlihat menguasai dan peserta didik terlihat antusias.
6)      Guru sudah menjelaskan kepada seluruh peserta didik aturan permainannya.
7)      Guru telah meminta pemain yang lain menanyakan kepada pemain pertama arti dari tulisan Caution/Warning di mana posisi pemain pertama berada dan juga ditanyakan di mana biasanya Caution/Warning dijumpai, dan guru telah memantau peserta didik yang mengalami kesulitan di dalam kelompok, sehingga bimbingan dan arahan didapatkan seluruh peserta didik.
8)      Guru meminta peserta didik untuk mendiskusikan kosakata yang berkaitan dengan Caution/Warning yang telah mereka dapatkan, meskipun masih ada peserta didik yang kesulitan memahami makna Caution/Warning.
9)      Guru telah memberikan evaluasi tentang Caution/Warning, dan mengarahkan peserta didik mengambil kesimpulan.

Dilihat dari data skor hasil evaluasi aktivitas peserta didik dapat disimpulkan bahwa :
1)      Para peserta didik terlibat aktif dalam kelompok dengan mengelilingi 1 lembar permainan Ular Tangga.
2)      Peserta didik mengelompok secara heterogen sesuai dengan permintaan guru, dan berkelompok secara membaur.
3)      Secara aktif peserta didik menentukan urutan pemain pertama, kedua, atau pemain ketiga dengan melakukan "Hompimpa".
4)      Pemain yang lain menanyakan kepada pemain pertama arti dari tulisan Caution/Warning dan di mana biasanya Caution/Warning dijumpai.
5)      Sebagian besar peserta didik sudah bertanya jawab dalam kelompok. Dan peserta didik telah menjalankan gilirannya.
6)      Ketika mendiskusikan kesulitan kelompok, sebagian besar peserta didik memperhatikan informasi/penjelasan/pendapat yang disampaikan guru atau temannya.
7)      Seluruh peserta didik mengerjakan soal-soal evaluasi dengan tertib.

Dari hasil nilai tes dapat disimpulkan bahwa :
1)      Yang memperoleh nilai 70 : 6 orang
2)      Yang memperoleh nilai 80 : 20 orang
3)      Yang memperoleh nilai 90 : 3 orang
4)      Yang memperoleh nilai 100 : 1 orang
Jumlah peserta didik yang hadir 30 orang, dengan nilai rata-rata kelas 79,67. Nilai rata-rata kelas sudah mencapai di atas indikator kinerja (75), dan secara klasikal 80% peserta didik mendapat nilai di atas nilai KKM (75).
Kesimpulan yang diambil sebagai berikut :
1.      Peserta didik sudah menguasai pemahaman tentang teks fungsional pendek (Notice/Caution/Warning).
2.      Peserta didik sudah banyak memahami kosakata yang berkaitan dengan teks karena arahan guru dalam mendiskusikan kosakata tersebut semakin baik.
3.      Waktu pengerjaan soal evaluasi memadai.
4. Walaupun di antara peserta didik tersebut masih ada yang memiliki keterampilan dasar berbahasa Inggris yang rendah, ada terjadi peningkatan pada hasil evaluasi belajar peserta didik.

Deskripsi dan Analisis Siklus 1 dan 2
Pembelajaran dengan teknik permainan Ular Tangga Notice/Caution/Warning dapat meningkatkan aktivitas guru, aktivitas peserta didik, dan hasil belajar peserta didik.



Gambar 1: Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran pada tiap-tiap aspek dalam 2 siklus

Berdasarkan data pada Gambar 1 terlihat bahwa aktivitas guru dalam proses pembelajaran di kelas terjadi peningkatan dan terlaksana dengan baik sesuai dengan teknik permainan yang diterapkan. Peningkatan dari 91,75 % menjadi 98,33 % atau rerata sebesar 95,04% dari keseluruhan aspek yang diamati.


Gambar 2: Persentase Rata-rata Aktivitas Peserta didik dalam Pembelajaran Tiap Siklus

Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa persentase peserta didik yang aktif untuk ketujuh aspek yang diobservasi rata-rata mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II, hal ini menunjukkan terjadi peningkatan aktivitas peserta didik selama guru mengimplementasikan pembelajaran di kelas, dengan perolehan angka dalam persen mulai dari 95,50 % menjadi 99,11%. Dengan reratanya 97,30.


No
Nama Peserta Didik
Pembelajaran Siklus I
Pembelajaran Siklus II
Skor
Persen
Skor
Persen
1
ATI
70
70%
80
80%
2
AZ
80
80%
70
70%
3
AM
70
70%
80
80%
4
DNR
70
70%
80
80%
5
DHC
70
70%
80
80%
6
HUR
80
80%
90
90%
7
H
90
90%
80
80%
8
HA
70
70%
80
80%
9
JE
80
80%
80
80%
10
MAH
80
80%
70
70%
11
MA
70
70%
90
90%
12
MHZ
70
70%
90
90%
13
MHL
90
90%
80
80%
14
MIN
60
60%
80
80%
15
MRS
70
70%
80
80%
16
MR
80
80%
80
80%
17
MS
80
80%
80
80%
18
NK
70
70%
70
70%
19
NKA
80
80%
80
80%
20
NH
70
70%
70
70%
21
NL
70
70%
80
80%
22
NS
80
80%
80
80%
23
OE
70
70%
80
80%
24
PH
70
70%
70
70%
25
R
80
80%
80
80%
26
RU
80
80%
80
80%
27
RA
70
70%
100
100%
28
VLM
80
80%
70
70%
29
YP
60
60%
80
80%
30
MSH
70
70%
80
80%
Rata-rata Kelas
75
79,67
Ketuntasan Klasikal
43,33%
80%

Tabel 1: Data Hasil Belajar

  

Gambar 3 : Persentase Rata-rata Nilai Peserta didik dalam 2 siklus

Berdasarkan Gambar 3 dapat disimpul- kan bahwa tingkat ketercapaian hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan dengan perolehan rerata kelas mulai dari 75 pada siklus I dan rerata kelas 79,67 pada Siklus II dengan rerata kelas Siklus I dan II adalah 77,37 dan dalam persentase juga ada peningkatan dari 43,33% pada siklus 1 dan 80% pada siklus 2, sehingga rerata persen adalah 61,67%.
            Dari data yang terhimpun diketahui ada peningkatan kualitas tindakan dari pertemuan pertama sampai pertemuan keempat, baik dari segi aktivitas guru, aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa. Peningkatan yang terjadi merupakan hasil dari refleksi dan tindakan yang dilakukan di setiap pertemuan.

1. Aktivitas Guru
          Data yang diolah pada setiap pertemuan menunjukkan adanya peningkatan yang terjadi pada setiap kali pertemuan dalam pelaksanaan tindakan. Dari data tersebut terlihat peningkatan kualitas aktivitas guru dalam setiap pertemuan. Pada siklus pertama, guru melakukan pembelajaran dengan menggunakan teknik permainan Ular Tangga Notice/Caution/ Warning terlihat kurang optimal dengan pencapaian persentase 91,75. Setelah dilakukan refleksi, aktivitas guru pada siklus kedua mengalami peningkatan persentase sebesar 6,58 menjadi 98,33. Hal tersebut dikarenakan guru sudah lebih berpengalaman dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga aktivitas yang dilakukan guru dalam pembelajaran menjadi lebih optimal.
          Hal ini sejalan dengan pendapat Massopa (2008) belajar merupakan proses mental dan emosional atau aktivitas pikiran dan perasaan. Belajar berarti mengalami, baik mengalami secara langsung maupun tidak langsung (melalui media). Penggunaan media pembelajaran (Ular Tangga Notice/Caution/ Warning) ini menjadikan aktivitas pembelajaran benar-benar melibatkan aktivitas pikiran dan perasaan.
          Lebih lanjut Gagne (2004) juga melihat pentingnya proses belajar siswa secara aktif dalam pengajaran. Jadi, yang penting dalam mengajar bukan upaya guru menyampaikan bahan, tetapi bagaimana siswa dapat mempelajari bahan sesuai tujuan. Hal ini berarti bahwa upaya guru merupakan serangkaian peristiwa terjadi yang dapat mempengaruhi siswa belajar.

2.  Aktivitas Peserta Didik
          Data yang diperoleh pada siklus pertama aktivitas siswa mencapai persentase 95,50. Pada siklus pertama ini, masih ada sebagian siswa yang peran sertanya belum maksimal dalam proses pembelajaran, kurang aktif dalam berkelompok, serta masih ada sebagian siswa yang kurang aktif dalam melakukan tanya-jawab tentang arti Notice dan di mana biasanya Notice tersebut dijumpai dan juga dalam mendiskusikan kosakata yang sulit terkait Notice yang dipelajari. Hal tersebut dikarenakan siswa masih belum banyak memahami Notice yang dipelajari.
            Kemudian pada siklus kedua aktivitas siswa mengalami peningkatan persentase sebesar 3,61% dengan pencapaian persentase 99,11%. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama dalam pembelajaran dibandingkan dengan siklus pertama, karena siswa sudah mempunyai pengalaman dalam pembelajaran yang menggunakan teknik permainan ular tangga ini. 
            Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu atau dari tidak mampu melakukan kegiatan menjadi mampu melakukan kegiatan. Guru perlu mencermati dan menganalisis bagaimana keterlibatan siswa dalam pengorganisasian pengetahuan, apakah mereka aktif atau pasif.  Semakin aktif dan kreatif guru dalam memanajemeni proses belajar mengajar, semakin  meningkatkan pula keaktifan siswa dalam belajar (Junaidi, 2010).

3.  Hasil Belajar
            Hasil belajar siswa diukur berdasarkan hasil tes akhir siklus, Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan, hasil belajar siswa pada siklus I mencapai persentasi ketuntasan secara klasikal 43,33% berdasarkan KKM ≥ 75, sedangkan secara individual siswa yang dinyatakan tuntas ada 13 orang dan yang dinyatakan belum tuntas ada 17 orang. Kemudian setelah dilakukan refleksi terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa, maka hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 36,67% dengan pencapaian 80,00% secara klasikal. Dan secara individual ada 24 siswa yang dinyatakan tuntas dan 6 siswa yang belum tuntas dan mendapat bimbingan secara individual.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pencapaian hasil belajar yaitu : faktor dari dalam diri meliputi kesehatan, intelegensi/ bakat atau kecerdasan, minat dan motivasi serta cara belajar.dan faktor dari lingkungan meliputi keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Dari sekian banyak faktor yang harus diperhatikan, tentu tidak ada situasi 100% yang dapat dilakukan secara keseluruhan dan sempurna. Tetapi berusaha untuk memenuhinya sesempurna mungkin bukanlah faktor yang mustahil untuk dilakukan. (Alim, 2009)
          Menurut  Massopa, 2008  belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan-latihan. Bentuk perubahan dari hasil belajar meliputi tiga aspek, yaitu: aspek kognitif meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasaan pengetahuan dan perkembangan keterampilan/ kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut, aspek efektif meliputi perubahan-perubahan dalam segi sikap mental, perasaan dan kesadaran, aspek psikomotor mencakup perubahan-perubahan pada segi tindakan motorik. Prestasi belajar siswa yang diperoleh dalam proses belajar-mengajar di sekolah dapat dilihat dan diketahui dari nilai hasil evaluasi. Nilai tersebut merupakan indikator yang dapat dijadikan acuan berhasil tidaknya siswa belajar serta dijadikan acuan berhasil tidaknya proses belajar mengajar di kelas.

Simpulan dan Saran
Berdasarkan refleksi hasil tindakan Siklus I dan Siklus II pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Permainan Ular Tangga Notice/Caution/Warning dapat meningkatkan kualitas aktivitas guru dalam melaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dirancang dengan baik sebelumnya. Aktivitas guru pada siklus I mencapai persentase 91,75 dan pada siklus II mencapai persentase 98,33. (2) Aktivitas siswa mengalami peningkatan berdasarkan 7 aspek pengamatan yang telah ditetapkan. Pada siklus I aktivitas siswa persentase 95,50 dan pada siklus II mencapai persentase 99,11. (3) Permainan Ular Tangga Notice/Caution/Warning dinyatakan berhasil dan meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam proses belajar bahasa Inggris bagi peserta didik Kelas VII C SMP Negeri 1 Martapura Kabupaten Banjar. Hal  ini ditunjukkan oleh tercapainya indikator keberhasilan penelitian, ketuntasan siswa secara klasikal pada siklus I mencapai 43,33% dan pada siklus II mencapai 80,00% berdasarkan KKM yang telah ditentukan.

                      Berdasarkan hasil penelitian ini beberapa saran disampaikan sebagai berikut : (1) Bagi siswa disarankan untuk selalu termotivasi dalam belajar, selalu melatih kerjasama dalam menyelesaikan masalah bersama dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. (2) Bagi guru Bahasa Inggris dapat menggunakan media pembelajaran Ular Tangga Notice/Caution/ Warning ini sebagai salah satu alternatif media pembelajaran dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Inggris khususnya pada kompetensi dasar teks fungsional pendek Notice/Caution/Warning, karena permainan ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar serta lebih memberikan kesan, karena belajar dilakukan sambil bermain, sehingga siswa tidak jenuh dan selalu termotivasi untuk belajar. (3) Bagi kepala sekolah disarankan agar memberikan bimbingan serta memotivasi guru-guru untuk menggunakan berbagai macam media pembelajaran, salah satunya Permainan Ular Tangga Notice/Caution/Warning karena dapat meningkatkan hasil belajar, lebih memberikan kesan, dan membuat siswa selalu termotivasi untuk belajar, serta menjadi pertimbangan masukan dalam membina guru untuk melakukan penelitian serta kegiatan supervisi dalam rangka peningkatan upaya mutu pembelajaran di kelas dan mutu pendidikan di sekolah.

Daftar Pustaka
Alim, Muhammad Baitul. 2009. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Anak. Diakses 19 November 2011, dari http://www.psikologizone.com/ faktor-yang-mempengaruhi-prestasi-belajar-anak/06511161.
Depertemen Pendidikan Nasional. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Inggris. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Gagne, Robert M. 2004. The Condition of Learning, Second Edition. New York: Halt Sunders. International Edition. Jurnal Pendidikan Widya Tama, 2005.

Junaidi, Wawan. 2010. Cara Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa. Diakses tanggal 19 November 2010, dari http://wawan-junaidi.blogspot.com/ 2010/07/aktivitas-belajar-siswa.html

Kemdikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud.

Massopa. 2008. Pengertian Hakikat Belajar. Diakses tanggal 6 Agustus 2008, dari http://massopa.wordpress.com/2008 /hakikat-strategi-belajarmengajar

Suyanto, K.K.E. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UM Press.

Wikipedia. 2014. Ensiklopedia Ular Tangga. Diakses tanggal 20 Juni 2014 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Ular_tangga.


 
 Profil Penulis
Penulis adalah guru mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP Negeri 1 Martapura. Lahir di Banjarmasin pada Bulan Februari 1973. Menyelesaikan Sarjana (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin pada tahun 1998. Pada tahun 2002 sampai 2004 mendapat kesempatan studi S-2 Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Malang dan memperoleh gelar M.Pd.
Penulis memiliki pengalaman  mengajar selama 16 tahun, dan juga melakukan beberapa penelitian yang terkait dengan pembelajaran Bahasa Inggris di SMP. Penulis pernah menjadi Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMP/MTs Kabupaten Banjar Periode 2012-2014.




 CONTOH PROPOSAL PTK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING DENGAN TEKNIK STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS VII SEMESTER 2 SMP NEGERI 1 MARTAPURA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011

A.    Latar Belakang Masalah
Dari hasil pengamatan pada nilai ulangan semester gasal Kelas VII H, bahasa Inggris merupakan mata pelajaran yang sulit bila dibanding dengan mata pelajaran yang lain, yang mana nilai pencapaian sebagian besar siswa kurang dari KKM yaitu 62.  Oleh sebab itu, peneliti beranggapan proses dan hasil belajar bahasa Inggris masih perlu ditingkatkan. Untuk meningkatkan proses dan hasil belajar terutama melibatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pengajaran Bahasa Inggris pada tingkat SMP/MTs mengacu pada empat keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.  Pengajaran keempat keterampilan berbahasa tersebut dititikberatkan pada pengajaran jenis teks (genre) yakni teks transaksional/interpersonal, teks fungsional pendek dan teks monolog (recount, naratif, recount, prosedur, dan report.)
Membaca adalah salah satu kompetensi komunikatif yang harus dikuasai oleh siswa SMP/MTs. Sebagai satu dari keterampilan berbahasa yang seharusnya dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran, Membaca dianggap sebagai keterampilan berbahasa yang sulit bagi siswa. Di lain pihak, Membaca termasuk keterampilan berbahasa yang diujikan dalam Ujian Nasional.
Dalam Modul Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Inggris (Depdiknas, 2005) teks prosedur adalah jenis teks yang banyak dijumpai di sekitar kita, dalam “manual”, resep-resep masakan, aturan-aturan, dan berbagai teks “how to” yang lain. Teks prosedur diajarkan di Kelas VII semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011.
Dalam Model-model Pembelajaran, terdapat banyak teknik yang bisa diterapkan oleh guru bersama-sama dengan siswa. Students Team-Achievement Divisions (STAD) merupakan teknik yang bisa diterapkan agar kegiatan pembelajaran menjadi semakin menarik. Dengan adanya pembagian kelompok berdasarkan prestasi, gender, dan suku diharapkan siswa menjadi lebih termotivasi dan dapat bekerja sama di dalam kelompok. (Slavin, 1994 dalam Coffey, 2011) Dengan banyaknya aktivitas yang dilakukan diharapkan pembelajaran dapat menimbulkan rasa senang dan antusias siswa dalam belajar.
Penelitian ini menjadi sangat penting dilakukan karena peneliti ingin mencoba menerapkan teknik “Student Teams-Achievement Divisions” dalam pengelolaan proses pembelajaran agar Cooperative Learning dapat dilaksanakan, dalam hal ini pembelajaran difokuskan pada keterampilan berbahasa Membaca teks Prosedur; Pemahaman Cara Membuat Makanan/Minuman dan Kerajinan Tangan. Dengan meningkatnya pemahaman siswa terhadap teks Prosedur,  diharapkan hasil belajar bahasa Inggris siswa pada umumnya juga dapat meningkat.

B.     Rumusan Masalah
  1.  “Apakah dengan menggunakan teknik Student Teams-Achievement Divisions aktivitas siswa dalam proses belajar bahasa Inggris Kelas VII H SMP Negeri 1 Martapura dapat meningkat” ?
  2. “Apakah dengan menggunakan teknik Student Teams-Achievement Divisions kinerja siswa dalam proses belajar bahasa Inggris Kelas VII H SMP Negeri 1 Martapura dapat meningkat” ?
  3. “Apakah dengan menggunakan teknik Student Teams-Achievement Divisions hasil belajar siswa dalam proses belajar bahasa Inggris Kelas VII H SMP Negeri 1 Martapura dapat meningkat” ?

C.    Rencana Pemecahan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tentang rendahnya hasil belajar bahasa Inggris Kelas VII H, diupayakan pemecahan masalah yaitu penggunaan teknik Student Teams-Achievement Divisions dalam proses pembelajaran Cooperative Learning untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris.

D.    Tujuan Penelitian
  1. Meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar bahasa Inggris melalui teknik Student Teams-Achievement Divisions.
  2. Meningkatkan kinerja siswa dalam proses belajar bahasa Inggris melaui teknik Student Teams-Achievement Divisions.
  3. Meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris siswa melaui teknik Student Teams-Achievement Divisions.

E.     Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis :
  1. Mendapatkan teori baru tentang hasil belajar bahasa Inggris yang dapat ditingkatkan melalui teknik Student Teams-Achievement Divisions dalam pembelajaran.
  2. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya, melalui teknik pembelajaran yang lain.
Manfaat Praktis :
  1. Manfaat bagi siswa : Pembelajaran menyenangkan, aktivitas belajar meningkat, dan hasil belajar juga meningkat.
  2. Manfaat bagi guru : Hasil penelitian ini dapat digunakan guru bahasa Inggris lain untuk pembelajaran bahasa Inggris.
  3. Manfaat bagi sekolah : sekolah dapat membuat kebijakan dan mendorong guru-guru lain untuk difasilitasi melakukan penelitian tindakan guna mencapai prestasi sekolah yang optimal.

F. KAJIAN TEORI
1. PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS
           
Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu. Pembelajaran keempat keterampilan berbahasa tersebut dititikberatkan pada pengajaran jenis teks (genre) yakni teks transaksional/interpersonal, teks fungsional dan teks monolog (recount, naratif, recount, prosedur, dan report.) (KTSP, 2006)
Lebih lanjut, tingkat literasi mencakup performative, functional,  informational, dan epistemic. Pada tingkat performative, orang mampu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan. Pada tingkat functional, orang mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat kabar, manual atau petunjuk. Pada tingkat informational, orang mampu mengakses pengetahuan dengan kemampuan berbahasa, sedangkan pada tingkat epistemic orang mampu mengungkapkan pengetahuan ke dalam bahasa sasaran (Wells,1987, dalam KTSP, 2006).
Pembelajaran bahasa Inggris di SMP/MTs ditargetkan agar peserta didik dapat mencapai tingkat functional yakni berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.
Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran yang di-UN-kan, sehingga diharapkan hasil belajar bahasa Inggris siswa dapat menunjang persiapan menghadapi Ujian Nasional.
            Pengajaran Membaca menurut KTSP di dalam Standar Kompetensi untuk Kelas VII semester 2 adalah Memahami makna dalam teks tertulis fungsional dan monolog pendek sangat sederhana yang berbentuk descriptive dan procedure untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat. Dan dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar yaitu Memahami makna yang terdapat dalam monolog sangat sederhana secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat dalam teks berbentuk descriptive dan procedure.
            Teks prosedur diajarkan di Kelas VII semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011. Dalam Modul Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Inggris (Depdiknas, 2005) teks prosedur adalah jenis teks yang banyak dijumpai di sekitar kita, dalam “manual”, resep-resep masakan, aturan-aturan, dan berbagai teks “how to” yang lain.

2.        COOPERATIVE LEARNING
Pendekatan Cooperative Learning dipandang sebagai salah satu strategi belajar mengajar, Ialah suatu pendekatan yang dilakukan guru untuk mengapresiasikan materi pembelajaran untuk kegiatan belajar mengajar, dengan sasaran dimana siswa di dalam kelas diarahkan untuk belajar dalam suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Mereka bekerja bersama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan pula oleh guru. (Coffey, 2011)
Syaiful Bahri (2002:63) memberikan pengertian kerja kelompok sebagai kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar. Keberhasilan kerja kelompok ini menuntut kegiatan belajar yang kooperatif dari beberapa individu tersebut. Pendekatan ini digunakan dengan tujuan agar siswa mampu dan menjadi kebiasaan belajar bersama dan dengan teman yang lain. Untuk pendekatan Cooperative Learning ini penulis memilih teknik dalam pembelajaran adalah teknik Student Teams-Achievement Divisions.

3.        STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS
            Student Teams-Achievement Divisions merupakan pengelompokkan siswa berdasarkan prestasi, gender, dan etnis. Dalam hal ini siswa yang lebih tahu akan menjelaskan kepada teman-temannya di dalam kelompok. Diharapkan kerjasama siswa di kelompok menjadi semakin baik, dan prestasi belajar pun dapat ditingkatkan.
Teknik “Student Teams-Achievement Divisions” di kemukakan oleh Slavin, 1994. (Coffey, 2011) Langkah-langkah yang ditempuh dalam teknik ini adalah :
  1. Guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran.
  2. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen atau campuran menurut prestasi, gender, dan suku.
  3. Guru menyajikan materi pembelajaran.
  4. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang lebih tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
  5. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis, siswa tidak boleh saling membantu.
  6. Guru memberi evaluasi.
  7. Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan.

G.      Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah jika pembelajaran menggunakan pendekatan Cooperative Learning dengan teknik Student Teams-Achievement Divisions, maka aktivitas belajar siswa, kinerja siswa dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Inggris meningkat.

H.      Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kaji tindak latar kelas atau classroom action research yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (1993) yaitu melalui siklus (Plan, Act, Observe, dan Reflect).
                                                                              Plan
Reflective
                  Action/Observation
                                                                              Revised Plan
Reflective
                  Action/Observation
                                                                              Revised Plan
Reflective
                  Action/Observation
Spiral Penelitian Tindakkan Kelas
(Adaptasi Hopkin, 1993 dalam Widya Tama, 2005)

I.         Setting
  1. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Maret dan April semester 2 tahun pelajaran 2010/2011, dengan alasan adanya kegiatan Try-Out dan Ujian Sekolah/Nasional bagi siswa Kelas IX, maka proses belajar mengajar menyesuaikan dengan kegiatan-kegiatan tersebut.
  1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan ini dilakukan di SMP Negeri 1 Martapura Kelas VII H  Semester 2 tahun pelajaran 2010/2011. Pihak sekolah menyambut dengan baik dengan adanya penelitian ini, dan berkolaborasi dengan guru sejenis.
  1. Subjek Penelitian
Subyek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas VII H pada SMP Negeri 1 Martapura berjumlah 30 orang, masing-masing terdiri 14 orang siswa laki-laki, dan 16 orang siswa perempuan.

J.        Prosedur Penelitian
Merujuk pada metode di atas maka Penelitian Tindakkan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus dan dilakukan mulai minggu ke-2 bulan Maret sampai minggu ke-1 bulan April tahun 2011. Peneliti bertindak sebagai pelaku tindakan. Siklus 1 dengan materi pembelajaran “Procedure Text: How to Make Food/Beverage”, dan Siklus 2 “Procedure Text: How to Make Handicrafts”.
Pada setiap langkah dalam siklus terdiri dari tahapan persiapan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Data diolah dan dibahas secara kuantitatif dan kualitatif untuk mendeskripsikan dan memakai pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan Cooperative Learning dengan teknik Student Teams-Achievement Divisions.
Pada saat melaksanakan tindakan, peneliti dibantu oleh satu orang kolaborator yaitu Gusti Wildayani, S. Pd (Guru bahasa Inggris).
1.      Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas
1.      Tahap Persiapan
a.       Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan berpedoman pada Silabus Bahasa Inggris Kelas VII dan kegiatan inti yang berorientasi pada pendekatan cooperative learning dengan teknik Student Teams-Achievement Divisions.  Aktivitas yang akan terlaksana meliputi; aktivitas siswa dalam pembelajaran dan kinerja siswa dalam pembelajaran.
b.      Menyusun intrumen observasi aktivitas siswa dan kinerja siswa dalam pembelajaran secara terstruktur dan tertutup.
c.       Menyusun instrumen tugas mandiri setiap akhir satuan pembelajaran.
2.      Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan meliputi :
a.       Pembukaan.
b.      Kegiatan Inti.
c.       Penutup.
Bagian pembukaan mencakup: Pra KBM, menyiapkan alat peraga/media, mengucapkan salam, mengabsen siswa, menyampaikan appersepsi dan menyampaikan tujuan yang akan dicapai.
Bagian inti mencakup: Menggali pengetahuan awal siswa melalui pertanyaan-pertanyaan seputar materi yang disampaikan, membentuk kelompok secara heterogen, menjelaskan tugas kelompok, menyajikan materi pembelajaran, memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang lebih tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti, memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis, siswa tidak boleh saling membantu.
Bagian Penutup mencakup: Membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari teks yang telah dipelajari, memberi kesempatan pada siswa untuk merefleksikan proses pembelajaran, serta mengadakan evaluasi (dalam bentuk tugas  mandiri), mengumumkan jawaban yang benar dari soal  evaluasi.
3.      Tahap Observasi :
Dilakukan dalam upaya pengumpulan data yang dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran oleh pelaku tindakan (peneliti dan observasi). metode observasi menggunakan desain observasi  terstruktur dan tertutup,meliputi: aktivitas siswa dalam pembelajaran dan hasil tes belajarnya, serta kinerja siswa.
4.      Tahap Analisis dan Refleksi:
Dilakukan setelah data terkumpul, baik data kuantitatif maupun data kualitatif, yang diperoleh dengan jalan mendeskripsikan, menggambarkan, dan memaknai data. Prosedur analisisnya meliputi: reduksi data; tabulasi data; penafsiran data; serta penarikan kesimpulan. Pelaksanaan refleksi dilakukan oleh pelaku tindakan, kolaborator, dan siswa secara bersama-sama. Hasil refleksi dibuat sebagai bahan/pedoman untuk persiapan pelaksanaan pembelajaran berikutnya.
5.      Tahap Perencanaan Ulang (Re-plan)
Dilakukan  setelah diperoleh hasil refleksi, dan dilaksanakan guna penyusunan rencana pelajaran untuk diimplementasikan pada pembelajaran siklus berikutnya.

K.      Faktor yang Diteliti
1.      Aktivitas siswa dalam proses belajar bahasa Inggris melalui teknik Student Teams-Achievement Divisions.
2.      Kinerja siswa dalam proses belajar bahasa Inggris melaui teknik Student Teams-Achievement Divisions.
3.      Hasil belajar bahasa Inggris siswa melaui teknik Student Teams-Achievement Divisions.

L.       Cara Penggalian Data
  1. Teknik Pengumpulan Data
a)      Tes
b)      Observasi (aktivitas siswa, dan kinerja siswa)
c)      Dokumen
  1. Alat Pengumpulan Data
b)      Butir Soal tes
c)      Lembar observasi
d)     Buku nilai
  1. Analisis Data
  1. Menggunakan analisis deskriptif
  2. Hasil belajar dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes antar siklus maupun dengan indikator kinerja.
  3. Observasi maupun wawancara dengan analisis deskriptif berdasarkan hasil observasi dan refleksi.

M.     Indikator Keberhasilan
Kondisi akhir yang diharapkan dari penelitian tindakkan ini adalah meningkatnya aktivitas kegiatan siswa dan meningkatnya kinerja siswa dalam kegiatan teknik “Students Team-Achievement Division” serta meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian yang diinginkan adalah 70.

N.      Jadwal Penelitian
NO.
U R A I A N
M A R E T
A P R I L
I
II
III
IV
V
I
II
III
IV
1.
Try-Out Provinsi
X








2.
Pelaksanaan Siklus I

X







3.
Try-Out Kabupaten


X






4.
Ujian Sekolah (Praktik)



X





5.
Ujian Sekolah (Tertulis)




X




6.
Pelaksanaan Siklus II





X



Daftar Pustaka
Coffey, Heater, Cooperative Learning and Student Teams-Achievement Divisions, http://www.learnnc.org/lp/pages/4653, downloaded on February 21, 2011.
Depertemen Pendidikan Nasional, Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Inggris, Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2005, Jakarta
Gagne Robert M, (Dalam Widya Tama, Jurnal Pendidikan 2005) The Condition of Learning, Scond Edition, New York: Halt Sunders. International Edition, 2004 Semarang
Hopkins, D. (dalam Widya Tama Jurnal, 2005). A Teacher Guide to Classroom Research, Philadelpia. Open University Press. 1992
Kemmis dan Mc. Taggart (dalam Widya Tama Jurnal,) Classroom Actoin Research, 2005, Semarang.
Pusat Kurikulum, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP, 2006, Jakarta.
Suyanto, K.K.E. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UM Press.

Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengejar, Rineka Cipta, 2002, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar