Sebuah
pengalaman sarat makna Program Kemitraan Guru SMP Berprestasi
di
kawasan Indonesia Timur
Di atas awan berarak putih dilapisi
kabut tipis, biru langit dan biru laut, biru tak terbatas, dalam perjalanan ini
menikmati hamparan pulau-pulau kecil di sekitar pulau Ternate, negeri
pulau-pulau, negeri laut-laut. Inilah negeriku. Menginjakkan kaki di bumi
Ternate membuat ingatan seakan terbang ke masa kecil ketika mengikuti pelajaran
Sejarah di sekolah dasar. Kerajaan Ternate-Tidore dengan rajanya Sultan
Baabulah. Perasaan ini sungguh mengharu biru, berada di kawasan Indonesia Timur
yang sebelumnya hanya ada dalam angan-angan. Berkat program kemitraan ini,
Maluku Utara dapat dijelajahi.
=====
Pada tanggal 28 September hingga 1
Oktober 2015, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat
Pembinaan Guru Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan memanggil peserta Kemitraan Guru SMP Berprestasi ke Sekolah Mitra
untuk diberikan pembekalan di Hotel Ahadiat Bandung. Tujuan dari program
kemitraan adalah peningkatan mutu guru yang berimplikasi positif terhadap
peningkatan mutu pendidikan nasional di kawasan Indonesia timur.
Kegiatan ini berlangsung dari tanggal
22 Oktober-31 Oktober 2015. Jadwal penerbangan yang terbatas, membuat Tim
Maluku Utara berinisiatif untuk memulai perjalanan lebih awal. Perjalanan
diawali dari daerah asal Martapura, Kalimantan Selatan pada tanggal 21 Oktober
2015 menuju Surabaya dan dilanjutkan ke kota Manado. Perjalanan memang menguji
kesabaran, menikmati detik-detik berlalu karena jadwal penerbangan yang selalu
tertunda. Alhasil kedatangan di Manado
disambut hangatnya sore ketika saya melirik jam di tembok Hotel Manado Inn
menunjukkan pukul 16.00 WITA, dilanjutkan menikmati keindahan kota Manado, Jembatan Soekarno, pantai Malalayang dan teluk Manado di sore hari. Kami menginap di Manado satu malam dan akan melanjutkan
perjalanan besok harinya pada pukul 06.40.
Manusia memang sudah merencanakan segala sesuatunya dengan baik, namun apa hendak dikata takdir berkata lain. Pada tanggal 22 Oktober 2015, penerbangan ke Kao, Halmahera Utara tidak dapat dilanjutkan terkendala alasan cuaca. Kebakaran hutan di Halmahera Utara menyebabkan pekatnya kabut asap dan memberi dampak kepada jalur penerbangan. Penerbangan ke Bandar Udara Kuabang Kao, Halmahera Utara dipindahkan menuju Bandar Utara Sultan Baabullah Ternate. Tim Maluku Utara terbang ke Ternate pada pukul 09.30 WITA selama kurang lebih satu jam.
Tim kami harus melanjutkan petualangan
lagi melalui jalur laut dari pelabuhan Ternate dengan Speed Boat selama
setengah jam. Sungguh indah kepulauan di Maluku Utara dengan airnya yang
bening. Dan kami tiba di Pelabuhan Sofifi siang hari. Dari Sofifi, menggunakan
jalur darat menuju Tobelo dengan waktu tempuh kurang lebih delapan jam.
Melewati jalan yang berliku di antara perbukitan, indahnya kebun kelapa,
cengkeh dan pala di kiri kanan merupakan pengalaman yang menyenangkan di
Halmahera Utara dengan segala tantangan alamnya. Di Sofifi memang sedang
gencar-gencarnya dibangun perkantoran baru karena menjadi ibukota provinsi
Maluku Utara. Pada pukul 20.00 WIT, Tim Maluku Utara tiba di Tobelo dan kami
menginap di hotel Elizabeth Tobelo.
Provinsi
Maluku Utara terkenal dengan hasil tambangnya yaitu batu Bacan; Bacan Doko dan
Bacan Palamea. Oleh karena itu, kami bersepakat Tim Maluku Utara menjadi Tim
Batu Bacan. Pada tanggal 23 Oktober 2015, Tim Batu Bacan melapor dan
bersilaturrahim dengan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Halmahera
Utara. Kepala Dinas sangat menyambut baik program kemitraan ini dan memberikan
penghargaan setinggi-tingginya kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
karena telah menjadikan Kabupaten Halmahera Utara sebagai tuan rumah kemitraan.
Kepala Dinas menambahkan bahwa guru-guru di Halmahera Utara perlu meningkatkan
kompetensi mereka baik dalam kompetensi pedagogic maupun professional.
Hari
berikutnya, tanggal 24 Oktober 2015, Tim Batu Bacan melapor dan berkoordinasi
dengan Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah Tobelo. Kegiatan pemaparan materi bagi
guru-guru dilaksanakan pada saat siswa sedang mengikuti kegiatan pemilihan
pengurus OSIS. Materi yang dipaparkan antara lain implementasi Kurikulum 2013, penilaian,
penulisan laporan PTK, model-model pembelajaran
dan ICT, media pembelajaran dan pemberdayaan MGMP. Para guru-guru mengikuti
paparan materi dengan sangat antusias.
Disadari bahwa implementasi Kurikulum 2013 yang hanya satu semester di sekolah
ini masih menyisakan banyak pertanyaan dan kendala. Pertanyaan yang muncul berkenaan
dengan penilaian Kurikulum 2013yang masih dirasakan kerumitannya. Dari Tim Batu
Bacan memberikan solusi dengan memberikan contoh cara memasukkan nilai beserta
file penilaian. Dengan demikian, guru akan sangat terbantu dan proses penilaian
pun dapat diselesaikan dengan cepat dan tuntas.
Berkaitan
dengan pembelajaran, guru IPA mengeluhkan dengan ketersediaan alat peraga yang
terbatas. Semestinya, keterbatasan tidak membuat guru-guru berputus asa dan
mengajar seadanya, namun keterbatasan seharusnya melahirkan kreativitas. Guru dapat membuat
alat peraga sederhana dengan menggunakan bahan dari kayu, kardus bekas, kertas
bekas, dan lain-lain. Jika guru mampu berkreasi dalam pengembangan alat peraga
tersebut, keterbatasan itu akan dapat diatasi.
Kunjungan
ke sekolah selanjutnya adalah SMP Negeri 5 Halmahera Utara yang berada di
Galela, satu jam perjalanan dari Tobelo. Permasalahan yang dihadapi guru-guru
pun masih berkisar pada penilaian Kurikulum 2013 dan guru-guru sangat antusias
dalam mengikuti penjelasan dari Tim Batu Bacan. Dalam penguasaan bahasa
Inggris, salah satu guru bahasa Inggris di sekolah ini sudah berbagi pengalaman
beliau bagaimana agar siswa tertarik untuk mempelajari bahasa Inggris dengan membuka kursus untuk siswa di sekitar
SMP Negeri 5 Halmahera Utara. Terbukti dengan berhasilnya siswa di sekolah ini
meraih juara storytelling tingkat kabupaten. Alhamdulillah, patut diacungkan
jempol prestasi yang telah diraih sekolah ini.
Pemaparan tentang model-model pembelajaran semakin menyadarkan dan memberikan pencerahan bagi guru agar dapat diimplementasikan dalam kegiatan belajar-mengajar. Paparan media pembelajaran yang disampaikan diharapkan dapat menginspirasi guru-guru untuk mengembangkan media baik itu yang sederhana maupun yang berbasis teknologi.
Hari
terus berganti, Tim Batu Bacan mengunjungi sekolah berikutnya yaitu SMP Kristen
Tobelo. Dari hotel hanya perlu waktu lima menit untuk tiba di sekolah ini. Yang
dipaparkan masih berkisar tentang implementasi Kurikulum 2013, penilaian, penulisan
laporan PTK, model-model pembelajaran
dan ICT, media pembelajaran dan pemberdayaan MGMP. Yang menarik di sekolah ini, guru-guru
termotivasi untuk mempraktikkan model-model pembelajaran yang dicontohkan Tim
Batu Bacan. Meskipun satu contoh model pembelajaran ‘Make a Match” diberikan
untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, hal ini memberikan pencerahan bagi guru lain
untuk menggunakan model pembelajaran ini dalam mata pelajaran yang diampu.
Alhamdulillah, guru-guru sangat antusias dan terlibat langsung dalam praktik
pembelajaran. Tepatlah jika dikatakan “Learning by Doing” (Belajar sambil
Melakukan).
Pengalaman
terus bertambah seiring dengan kunjungan berikutnya ke SMP Negeri 6 Halmahera
Utara yang ditempuh selama satu jam. Mendengar pengalaman guru-guru di sana,
rasanya hati ini begitu tersentuh. Jarangnya mengikuti pelatihan dan tidak
aktifnya MGMP membuat guru-guru kurang mampu menjawab semua kendala yang
dialami dalam menjalankan tugas. Bahkan salah seorang guru pun ada yang
berseloroh, “Tidak Usahlah kami ini berangkat keluar negeri, cukup mengikuti
pelatihan di Jakarta saja, rasanya senang sekali,” karena mengetahui bahwa Tim
Batu Bacan memiliki pengalaman keluar negeri.
Berbagi
pengalaman dan pengetahuan kepada guru-guru di sekolah tersebut menjadi hal
yang sangat luar biasa bagi kami meskipun kami bukanlah guru yang tahu
segalanya. Kami berbagi berdasarkan apa yang kami miliki dan disambut dengan
sangat baik oleh para guru.
Kunjungan
terakhir adalah SMP Negeri 6 Satu Atap Kakara yang berada di pulau seberang
dari Tobelo. Dalam perjalanan satu jam menuju ke Pulau Kakara, pemandangan
sungguh indah. Sejauh mata memandang, beragam pulau di hadapan. Kekayaan
lautnya dan alaminya terumbu karang membuat kami bersyukur akan kekayaan alam
Indonesia.
Di antara keterbatasan akses
teknologi, guru-guru bersemangat mengajar siswa-siswa SD dan SMP. Keterbatasan
dalam jumlah guru pengajar, mendorong Dinas Pendidikan setempat merekrut guru
dalam program Sarjana Mengajar di Daerah Terluar, Terdepan, dan Tertinggal
(SM3T). Upaya ini dapat menjadi solusi kekurangan guru di daerah tersebut.
Guru-guru sangat menghargai apa yang Tim Batu Bacan berikan. Ke depannya,
diharapkan guru semakin kreatif dalam pengelolaan pembelajaran berdasarkan
pencerahan yang mereka peroleh dari tim ini.
Pengalaman
mengajar IPA di satu kelas memberikan sinyal bahwa para siswa memiliki potensi
yang besar untuk maju. Para siswa dengan sangat aktif menjawab pertanyaan guru,
dan jika terus diasah tidak mengherankan jika para siswa nantinya akan menjadi
sarjana kelautan dan perikanan, dan pakar pertanian.
Sambutan yang hangat dari para guru
dan siswa menambah keceriaan kami di Pulau Kakara. Tarian Tide-tide dan
Cakalele semakin menambah keakraban kami. Kami pun larut dan tergoda untuk ikut
menari bersama. Inilah Indonesia, Tidak Bhinneka Bukan Indonesia. Pengalaman
sarat makna ini tidak akan terlupakan bagi Tim Batu Bacan. Pengabdian yang
tulus, semoga memacu kami untuk terus bersyukur, berjuang, dan berkarya sebagai
guru.
Di dalam perjalanan pulang ke Tobelo,
terciptalah puisi sebagai ungkapan hati seorang guru …
Ketika dermaga
tujuan jauh di seberang
Ketika jarak
luas terbentang
Waktu terasa
amat bernilai
Diri ini
tertunduk lunglai
Yaa Rabbi
Maafkan hamba
yang baru sadari
Betapa
melimpah anugerah ini
Ampuni hamba
yang lupa akan diri
Begitu banyak
yang telah diberi